Rabu, 07 Mei 2014

Khat Tsuluts


Contoh Khat Tsuluts
Bismillah.... 

     Kali ini kita akan membahas tentang khat Tsuluts. Jika kita melihat gambar tersebut, pasti tidak asing lagi dimata kita. Yup.. betul sekali, khat ini adalah jenis tulisan yang paling banyak kita lihat, khususnya orang Indonesia, mengapa demikian? karena khat inilah yag paling banyak di gunakan untuk penulisan dekorasi di Mesjid, Musholah dll. Dinamakan Sulus karena ditulis dengan kalam atau pulpen yang ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran sepertiga (sulus) goresan kalam. Ada pula yang menamakan “khat Arab” karena gaya ini merupakan sumber pokok aneka ragam kaligrafi Arab yang banyak jumlahnya sesudah khat Kufi.
     
      Untuk menulis dengan kahat Sulus, pelatuk kalam dipotong dengan kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk. Ukuran ini sesuai untuk gaya Sulus ‘Adi dan Sulus Jali.
Khat Sulus yang banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan aneka media karena kelenturannya, dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain, baik dari sudut kaedah maupun proses penyusunannya yang menuntut harmoni.
Dalam rentan perjalanan sejarah, Sulus berkembang kepada beberapa gaya dengan mengambil nama-nama, diantaranya:

*      Khat Tumar
       Khat yang diciptakan oleh Qutbah al-Muharrir yang tumbuh dan berkembang di masa Bani Umayyah ini biasa ditulis dalam ukuran besar dengan aturan-aturannya yang simpel. Khat ini sangat cocok untuk dekorasi dinding atau media-media berukuran besar. Para khattat Turki menamakannya Jali Tsuluts atau Tsuluts Besar. Tumar atau Tamur jamaknya Tawamir bermakna sahifah (lembaran atau manuskrip). Khat Tumar artinya khat yang ditulis di lembaran atau menuskrip

*      Khat Muhaqqaq
     Penciptanya adalah Ibnu Bawab (413 H). Ibnu Bawab adalah kaligrafer masyhur setelah Ibnu Muqlah. Khat ini hampir mirip dengan khat Tsuluts karena perbedaan keduanya sangat samar dan hanya dapat diketahui oleh ahli khat yang cermat. Pada perkembangannya, khat ini semakin redup dan jarang sekali digunakan, sehingga posisinya digeser oleh Khat Tsuluts.

*      Khat Rayhani
   
Khat Raihani
Pencipta khat ini adalah Ibnu Bawab juga, namun berhubungan erat dengan Ali ibn al-Ubaydah al-Rayhan (834 M), sehingga namanya diambil untuk nama khat ini. Pendapat lain menjelaskan Rayhani dengan kata Rayhan yang berarti harum semerbak karena keindahan dan popularitasnya. Khat Raihani tidak berbeda jauh dengan khat Tsuluts, karena sebanarnya khat Raihani adalah gabungan antara khat Naskhi dengan Khat Tsuluts, misalnya pada huruf "wau" khat Raihani, kepalanya khat Naskhi namun ekornya khat Tsuluts.



*      Khat Tawqi’
Tawqi' artinya tanda tangan, karena para khalifah dan perdana menteri senantiasa menggunakan Tawqi' untuk menandatangani perbagai naskah mereka. Diciptakan oleh Yusuf al-Syajari (825 M). Lalu berkembang di tangan Ahmad ibn Muhammad yang dikenal dengan Ibnu Khazin (1124 M) sebagai murid generasi kedua Ibnu Bawab. Yang membedakan Tsuluts dengan Tawqi' adalah ukuran Tawqi' yang selalu ditulis sangat kecil. Bentuk yang menyerupai Tawqi' adalah Tugra' atau Turrah yang pada awalnya berfungsi sebagai cap dan lambang sultan-sultan Usmani dengan ukuran yang bervariasi.

*      Khat Riqa’ atau Ruqa
Riqa' jamaknya Ruq'ah artinya lembaran daun kecil halus yang digunakan untuk menulis khat tersebut. Gaya ini diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir yang diolahnya dari Khafif Tsuluts. Sebagian sejarawan menamakan gaya ini dengan khat Tawqi', namun yang lebih benar adalah bahwa Riqa' pun diolah pula dari Tawqi'. Ukuran Riqa' lebih kecil dari Tawqi' dan digunakan khusus untuk menyalin teks-teks kecil dan penyajian kisah.

*      Khat Sulusaini
Diciptakan oleh saudara Yusuf al-Syajari bernama Ibrahim al-Syajari (200 H) di zaman Bani Abbas. Ibrahim membuat kaedah Tsulusain dari khat yang sudah ada semenjak dahulu yaitu khat Jalil. Tsulusain berarti dua pertiga, karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong seukuran dua pertiga lebar goresan kalam, sedikit lebih kecil dari khat Tumar yang ditulis sangat besar.

*      Khat Musalsal
Diciptakan oleh al-Ahwal al-Muharrir dari keluarga Barmak di zaman Bani Abbas. Sebagian huruf-huruf khat ini saling berhubungan, oleh karena itu beberapa sejarawan modern menamakannya khat Mutarabit yang berarti saling ikat atau berikatan.

*      Khat Sulus Adi
Pencipta khat ini adalah Ibrahim al-Syajari diawal abad ke-3 H di zaman Bani Abbas. Dalam beberapa kamus bahasa Arab disebutkan, "anna al-sulusiyya min al-khuttut huwa al-galiz al-huruf" (sepertiga dari khat adalah huruf yang sulit).

*      Khat Sulus Jali
Jali artinya wadih (jelas). Kejelasan dalam hal ini terletak pada lebar anatomi hurufnya yang lebih dominan daripada jaraknya, dibandingkan dengan jarak yang lebih dominan daripada lebar anatomi hurufnya dalam Tsuluts 'Adi. Dengan demikian, dalam Tsuluts Jali akan tampak dengan jelas komposisi huruf yang bertumpuk memadati ruang media yang ditulis. Khat ini banyak digunakan untuk menulis judul-judul dan media seni yang permanen.

*      Khat Sulus Mahbuk
Mahbuk artinya terstruktur atau tersusun rapi, yang diukur menurut keindahan pembagian (husn al-tawzi') dan aturan komposisi (ikham al-tartib). Keindahan pembagian dicirikan dengan tidak adanya kelompok huruf yang bertumpujk di satu tempat sementara tempat lain terlalu kosong sehingga mendorong khatta memperbanyak dan mengisinya dengan syakal dan hiasan untuk mensari keseimbangan. Sedangkan aturan komposisi adalah ketepatan memposisikan kata, huruf dan titik di tempat-tempat yang strategis.

*      Khat Sulus Muta’assir bil Rasm
    Beberapa khattat atau kaligrafer berusaha menggubah aksara Arab kepada bentuk visual yang bisa berbicara biar lebih bervariasi sekaligus untuk menyeimbangkan antara ketaatan terhadap ajaran agama dengan kesenangan menggambar, karena dalam Islam visualisasi mahluk hidup secara jelas berlawanan dengan semangat dakwah agama tersebut untuk selalu menjaga ketauhidan dan menjauhi kesyirikan. 
  Potensi huruf Arab yang sangat lentur dan mudah dibentuk mendorong para khattat menciptakan gambar-gambar simbol yang mengungkap kalimat-kalimat suci dan tauhid, sehingga kaligrafi diolah menjadi sarana menggambar yang terbebas dari visualisasi mahluk hidup secara terang-terangan. Khat yang dipengaruhi gambar ini akhirnya diterima dan populer di kalangan seniman muslim. Banyak ragam dan variasi aliran khat ini, yang secara bebas mengambil pola figural atau simbolik gambar manusia, binatang, tumbuhan dan benda-benda lainnya.

*      Khat Handasani
Gaya ini merupakan Tsuluts yang menyusun huruf dan kata secara geometris (handasi) dan indah berdasarkan rasa seni, sehingga menjadi dasar kekompakan, keserasian dan penyatuan sebuah karya.

*      Khat Sulus Mutanazhir
Mutanazhir artinya saling memantul. Dinamakan pula khat Tsuluts Mir'at (cermin), dimana yang berada disamping kanan memantul ke samping kirinya, sehingga seolah diantara dua sisi tersebut ada cermin. Khat ini dinamakan juga dengan gaya Ma'kus (memantul), musanna (AC-DC atau dua dimensi) d an 'Aynali (saling tatap). Gaya ini tidak lepas dari pengaruh kebudayaan muslim yang saling berbalas kebaikan dalam kehidupan sehari-hari seperti salam dan menjawabnya.

Semoga bermanfaat.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar